Minggu, Januari 08, 2012

Katakan Tidak Untuk S*Y !!!

Masih ingatkah anda dengan slogan – slogan dahsyatnya itu?. Slogan – slogan “malaikat” yang diteriakkannya dengan semangat berapi – api. Dua tahun yang lalu hampir setiap hari kita mendengar beliau menyayikan slogannya yang berbunyi Katakan TIDAK untuk KORUPSI ! atau yang dengan lantang dan pedenya meneriakkan LANJUTKAN ! atau bahkan ketika pertama kali kemunculan beliau dalam acara “Presiden Idol” tujuh tahun yang lalu dengan slogannya BERSAMA KITA BISA !. Sekarang apabila slogan – slogan beliau digabungkan maka akan menjadi BERSAMA – SAMA KITA BISA KORUPSI ! LANJUTKAN !!! hahaha



Mungkin itulah sebuah potret pemerintahan beliau selama hampir dua periode ini. Banyak sekali kasus yang terjadi di dalam pemerintahnnya, baik yang terekspose ke public maupun yang masih disembunyikan. Apa lagi dalam beberapa bulan terakhir ini, kita seakan – akan diberi MEGA SINETRON baru yang berjudul “NAZARUDIN” yang di dalamnya melibatkan artis – artis politik papan atas negeri ini. Hebatnya Mega Sinetron ini adalah hingga mengambil lokasi syuting di Bogota, Kolumbia. Sampai – sampai Mega Sinetron PUTRI YANG TERTUKAR pun tidak mau kalah dan ikut – ikutan mengambil lokasi syuting di luar negeri. Padahal Mega Sinetron yang lain seperti “MUNIR SANG AKTIVIS”, “CENTURY VAN JAVA”, “SI MALANG ANTASARI”, “BUKU HARIAN GAYUS” dan sinetron – sinetron lainnya belum juga tamat. Bahkan karena sangat “produktifnya” pemerintahan ini terhadap korupsi, KEMENAKETRANS pun sudah menyiapkan sebuah Mega Sinetron baru.


Sebuah pemerintahan yang terlihat efektif dan sangat kokoh dari luar ternyata hanya sebuah pemerintahan yang semu semata. Hampir tidak ada produk berupa kebijakan nyata yang berdampak besar bagi peningkatan kesejahteraan rakyat kecil. Setiap kebijakan yang dikeluarkan pasti tidak bisa berjalan efektif karena telah diserang oleh penyakit “KKN”. Suatu kebijakan pasti selalu diikuti oleh berbagai kasus. Bahkan seakan – akan pemerintah sekarang ini “berhenti berproduksi” karena sibuk mengurusi kasus – kasus yang ada. Banyak sekali agenda yang terbengkalai namun anggaran tetap berjalan.
Sistem trias politika yang dianut Negara ini pun sepertinya tidak berjalan sesuai yang seharusnya. Antara lembaga yang satu dengan lembaga yang lainnya terlihat saling ingin menjatuhkan demi kepentingan golongan. Namun hebatnya mereka terlihat akur dalam hal kolusi, korupsi dan nepotisme. Kongkalikong dan main mata sepertinya lumrah terjadi dikalangan lembaga – lembaga negeri ini. DPR yang katanya Dewan Perwakilan RAKYAT sepertinya sudah tidak bisa diharapkan lagi karena telah berubah fungsi menjadi DPG ( Dewan Perwakilan GOLONGAN). Kebusukan lembaga terhormat ini pun semakin harum tercium seiring dengan banyaknya kasus yang mereka produksi. Praktik Money politik menjadi hal biasa dalam lembaga ini. Para mafia senayan ini terlihat sangat bernafsu jika membahas sesuatu yang berhubungan dengan uang namun terlihat sangat malas jika membahas tentang kesejahteraan rakyat. POLRI dan KPK sebagai lembaga independen yang sangat diharapkan menjadi penegak hukum pun sekarang dipertanyakan keseriusannya. Masih teringat jelas bagaimana kedua institusi terhormat itu saling tukar saat terjad kasus “cicak vs buaya” yang sampai saat ini masih menggantung. Berbagai kasus yang terjadi menyebabkan kepercayaan terhadap lembaga – lembaga itu semakin menipis. Jika sudah begini kepada saipa kita harus percaya?


Dimanakah peran Presiden SBY sebagai pemimpin tertinggi pemerintahan republic ini? Apa sebenarnya yang telah beliau kerjakan hampir selama dua periode pemerintahannya. ini? Sudahkah ada perubahan dalam masa pemerintahannya ini?. Memang tak bisa dipungkiri bahwa masalah yang dihadapi  oleh bangsa kita sudah teramat kompleks sehingga tidak bisa diselesaikan semudah membalikkan telapak tangan. Namun bukan berarti masalah – masalah tersebut tidak bisa diselesaikan.


SBY sebagai kepala Negara dan kepala pemerintahan adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap apa yang sedang terjadi sekarang ini. Padahal sebenarnya SBY sudah memiliki modal dasar yang kuat untuk menyelenggarakan pemerintahan yang efektif dan terfokus. Lebih dari 50% rakyat Indonesia memilihnya sebagai Presiden dan lebih dari 50% yang ada di parlemen ( DPR ) adalah pendukungnya. Ini berarti SBY mempunyai kekuatan yang tinggi dalam mengeluarkan setiap kebijakan. SBY seharusnya mampu menahkodai pemerintahan ini dan membawanya kearah yang lebih baik. SBY seharusnya mampu menjadi contoh panutan sebagai abdi rakyat yang BERANI, TANGGAP dan mau BEKERJA KERAS.


Tetapi SBY gagal melakukan itu semua. SBY telah gagal dalam janjinya yang akan membumi hanguskan korupsi,kolusi dan nepotisme. SBY selalu lamban dalam mengambil setiap keputusan sehingga permasalahan yang ada menjadi semakin kompleks. SBY terkesan tidak berani dalam mengeluarkan setiap kebijakan yang pro rakyat tetapi kontra dengan para elite politik karena takut kursinya akan digoyang oleh koalisi yang ada. SBY tidak pernah tegas jika sedang menghadapi kasus yang berhubungan dengan kepentingan golongannya. SBY selalu membentuk panitia khusus ( pansus ) dan sejenisnya untuk menyelesaikan suatu masalah padahal sebenarnya tidak ada sesuatu yang berarti yang dihasilkan oleh panitia khusus tersebut, yang ada hanyalah pemborosan biaya dan waktu. SBY seakan tidak ingin mengotori tangannya dan lebih ingin menjaga citranya tetap bersih dengan tidak pernah terjun langsung untuk membereskan permasalahan yang ada. Sampai saat ini belum ada usaha yang serius dari SBY hanya menjual survey angka kemiskinan yang menurun selama masa pemerintahannya, namun fakta dilapangan mengatakan sebaliknya. SBY selalu menyuarakan bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami kemajuan selama masa pemerintahannya, namun tingkat pengangguran dan hutang Negara masih tetap tinggi. SBY untuk menyelesaikan semua permasalahan yang ada. SBY belum bisa menghadirkan sebuah perubahan untuk bangsa ini meski pemerintahannya sudah berlangsung selama tujuh tahun. SBY dianggap gagal dalam memimpin Negara ini.


Memang tidak semua yang dilakukan pemerintahan yang sekarang ini salah, pasti ada suatu hal yang baik yang telah dilakukan, namun kebaikan itu seakan tertutup oleh kejelekan – kejelekan yang ada. Belum ada perubahan yang signifikan yang dapat dirasakan oleh rakyat kecil.


Tahun 1965 ketika terjadi sebuah krisis ideologi (komunisme), rakyat dengan pemuda sebagai pemimpinnya meneriakkan TRITURA yang berakhir dengan jatuhnya rezim soekarno. Tahun 1998 ketika krisis ekonomi memuncak, pemuda dan mahasiswa bangkit bersatu dengan semangat reformasinya yang akhirnya menjatuhkan rezim orde baru soeharto. 
Kini ketika terjadi krisis multidimensi, krisis hukum dan krisis kepercayaan, dimanakah peran para pemuda dan mahasiswa sebagai pengawal perubahan?



                                                                                                          Jakarta, 20 - Oktober - 2011
                                                                                                                    Divisi Litbang
                                                                                                                          HH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar