Disana, Telinga kanan ini mendengar kisah cerita kesuksesan yang berhasil keluar dari labirin kegagalan setelah menghabiskan seluruh waktunya untuk berjalan. Dengan rangkaian cita yang terangkai rapih sudah dikantonginya. Ada juga cerita bahagia tentang orang – orang yang bercinta dalam keromantisannya. Namun telinga kiri ini mendengar nada lain dari orang – orang yang masih tersesat dan belum menemukan jalan setapaknya. Jeritan kelelahan dan kehausan dari hati mereka yang makin melambat. Terdengar pula isakan dari kisah kasih mereka yang terbakar dalam kehangatan. Kepulan asa yang menyelubungi cita membuat kita terbatuk - batuk.
Selintas tercium bau dimalam terakhir ini dari mereka yang berlalu. Bau terbakar sinar matahari yang sangat khas. Entah terbakar karena bertani di sawah atau berjemur di pantai berpasir, hidung ini sulit mencernanya.
Sesaat mulut mulai membisu ditengah huru hara ini. Tubuh ini seakan membentuk sikap sempurna dihadapan tiang bendera sambil menenteng plastik hitam dan putih ini. Apa yang dilihat dan didengar oleh kanan dan kiri masih berputar di kepala dan bertentangan di hati. Entahlah, saya mematung tidak mengerti ada apa dan siapa di depan sana.
Tiupan terompet dari seorang setan kecil membuyarkan semuanya. Memang begitulah tugas si setan kecil, selalu mengajak kita bermain.
Sekilas coba menolehkan wajah ke arah belakang, ternyata semuanya sudah dimasukkan ke dalam bingkai kaca yang tak mungkin bisa dipecahkan lagi. Baiklah tuan, saya tak bisa menyentuhnya lagi, itu sudah menjadi milikmu.
Kejutan pun datang saat melihat sekitar sudah kosong, hanya saya sendiri di sini. Mereka semua sudah selangkah di depan meninggalkan saya. Dasar, dari dulu selalu saja terlambat. Coba perhatikan tubuhmu, kotor dan berdebu, tidak pantas berdampingan dengan mereka. Tetapi sekarang saatnya untuk mandi bung, dan mata air itu ada di depan sana. Bangunlah dari lamunan, coba langkahkan kaki kanan dan kiri ini menuju orang – orang itu.
Saya tidak bisa kembali ke sini, begitupun mereka. Tetapi percikan warnanya telah mewarnai tubuh ini. Kanvas putih yang penuh cerita. Semoga saya masih bisa membawa hikmahnya.
Terimakasih tahun yang lama. Selamat datang tahun yang baru
Jakarta, 31 - Desember - 2011, 22.59
Tidak ada komentar:
Posting Komentar