Pancasila itu lima dasar.
Pancasila itu lima pilar. Pancasila bukan diciptakan. Pancasila bukan dilahirkan.
Pancasila juga bukanlah sebuah impian yang sulit dicapai. Karena Pancasila itu
Indonesia.
1 Juni 1945 saat sidang BPUPKI, presiden pertama kita, Ir. Soekarno bukan menciptakan pancasila.
Beliau juga tidak memandang pancasila sebagai sebuah cita-cita dan impian yang
mustahil, karena sesungguhnya pancasila itu merupakan cerminan dari kehidupan
masyarakat Indonesia. Pola kehidupan bangsa Indonesia selama ratusan tahunlah
yang menciptakan dan melahirkan pancasila. Pancasila merupakan darah daging
bangsa ini. Sebuah proyeksi besar kehidupan berbangsa dan bernegara. Lima dasar
dari segala dasar yang dijadikan pedoman tertinggi dari yang paling tinggi.
Tidak herankah anda bagaimana
Indonesia dengan segala kebesaran dan keberagamannya mampu berdiri sampai abad
ke 21? Itu karena pancasila. Mengapa indoneia dengan segala problem yang
dihadapi sampai sekarang ini masih bisa bertahan? Itu karena pancasila. Sebuah
tali pengikat dan tiang penopang Indonesia.
Berbicara tentang pancasila
berarti berbicara tentang sejarah. Sebuah perjalanan panjang perjuangan dan
kehidupan bangsa. Berbicara tentang pancasila berarti berbicara tentang kejayaan.
Kekayaan bumi pertiwi, anugerah besar yang diberikan tuhan kepada kita. Berbicara
tentang pancasila berarti berbicara tentang saya, anda dan mereka. Manusia berjalan
bersamanya. Berbicara tentang pancasila berarti berbicara tentang Indonesia. Karena
berbicara tentang pancasila berarti berbicara tentang hari kemarin, hari ini
dan hari esok.
Tanggal 1 juni, kita memperingatinya
sebagai hari kesaktian pancasila. Hari sakral dimana pancasila itu dicetuskan sebagai
dasar negara. Kini sudah 67 tahun sejak tahun 1945, lihatlah sekeliling anda, masih
saktikah pancasila itu? Masihkah anda mengingat lima silanya itu?
Kesaktian pancasila kini mulai
luntur. Nilai-nilai luhur yang ada didalamnya tidak lagi dijunjung. Tiang
penyangga Indonesia yang mulai terhempas arus globalisasi tidak lagi ditopang sepenuhnya
oleh rakyat. Nilai kesakralannya mulai
hilang tergerus pergaulan pemudanya.yang
semakin “gaul”. Simbol pancasila hanya dijadikan sebagai hiasan pelengkap di
institusi pemerintahan.
Faktanya kita kini semakin jauh
dengan pancasila dan tidak mengamalkan serta menjunjung nilai-nilai pancasila.
Berbagai permasalahan semakin merundung bangsa ini. Korupsi, kolusi, dan
nepotisme kian menjalar. Penyakit masyarakat seperti mencuri, berjudi, tawuran
semakin marak. Kejujuran semakin langka, keadilan semakin mahal, orang yang
bertuhan kehilangan tuhannya, orang besar yang bijaksana ciut nyalinya. Hukum
seakan tumpul terhadap orang yang berada namun sangat tajam terhadap rakyat
kecil. Pendidikan yang hanya bisa dinikmati oleh orang berduit yang digunakan
untuk memintari orang bodoh. Wakil rakyat sibuk memerkan kesejahteraannya
sendiri, seolah tuli akan jeritan rakyatnya yang menginginkan sedikit kelayakan
dari kehidupan.
Bertuhankah orang-orang yang saling
menghina dan melakukan kekerasan? Bertuhankah mereka yang selalu melakukan kebohongan
dan kecurangan? Beradabkah sikap pejabat yang tidur nyenyak ditengah tangisan
rakyatnya? Sikap kita yang selalu iri, dengki, sombong dan mengucilkan orang
lain? Bersatukah bangsa ini jika segala perdebatan diakhiri dengan sebuah
perkelahian? Jika keegoisan selalu dikedepankan? Bijaksanakah pemimpin yang
tunduk dihadapan timbunan uang? Masihkah efektifkah hasil sebuah musyawarah
jika praktik politik kotor masih belum dibersihkan? Adilkah jika kekayaan
bangsa ini hanya dinikmati oleh segelintir kelompok? Adilkah jika uang rakyat selalu
ditimbun di loker meja para wakil rakyat? Potret kelam yang semakin
menenggelamkan pancasila kedasar negara.
Namun, diantara itu semua masih
ada manusia yang dengan ikhlas dan semangat selalu meneriakkan pancasila di
dalam hidupnya. Bisa kita lihat betapa antusiasnya anak TK ketika upacara
bendera, dengan gaya mereka sendiri mereka semangat untuk meneriakkan pancasila.
Lihat siswa SD, dengan seragam merah putihnya selalu lantang dalam menyebutkan
sila-sila yang ada dalam pancasila. Tengok siswa SMP dan SMA, walaupun tidak
seantusias anak TK, namun mereka tetap fasih mengucapkan isi pancasila.
Bagaimana cara mengembalikan
kesaktian pancasila? Bukan dengan buku ppkn atau kewarganegaraan, bukan juga
dengan tulisan seperti ini. Satu-satunya cara adalah dengan perbutan nyata
untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila itu sendiri. Jangan hancurkan masa
depan generasi muda bangsa dengan memperlihatkan perbuatan busuk kita. Berikanlah
contoh teladan seorang manusia Indonesia seutuhnya. Jangan seret mereka ke
dalam kebiasaan kelam kita yang penuh dengan kemalasan dan kebohongan. Jika
kita tidak bisa mengamalkan pancasila, maka janganlah kita merusak pancasila.
Semua itu tergantung saya, anda
dan mereka. Karena kitalah pancasila dan karena pancasila itu Indonesia.
Selamat hari 1 juni
Jakarta, 1 Juni 2012
HH
20.30 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar